BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang
selalu berinteraksi satu sama lain, baik itu dengan sesama, adat istiadat,
norma, pengetahuan ataupun budaya disekitarnya. Dan setiap manusia sangat
membutuhkan itu semua, karena manusia tidak dapat hidup secara individu, dalam
kehidupannya pasti membutuhkan pertolongan dari orang lain. Dan untuk
mewujudkan itu semua diperlukan komunikasi yang baik.
Tidaklah asing bagi kita sebagai
warga Negara Indonesia dengan adanya perbedaan budaya dikalangan masyarakat
kita, karena mengingat begitu luasnya wilayah Indonesia. Hal ini patutlah
membuat kita sebagai warga Negara Indonesia menjadi bangga akan kekayaan
kebudayaan kita. Pada kenyataanya seringkali tidak bisa menerima atau merasa
kesulitan menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi akibat
interaksi tersebut, seperti masalah perkembangan teknologi, kebiasaan yang
berbeda dari seorang teman yang berbeda dari asal daerah atau cara-cara yang
menjadi kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma) dari suatu daerah sementara kita
berasal dari daerah lain.
Komunikasi itu muncul, karena adanya
kontak, interaksi dan hubungan antar warga masyarakat yang berbeda
kebudayaannya. Sehingga kebudayaan adalah komunikasi dan komunikasi adalah
kebudayaan, begitulah kata Edward T. Hall. Jadi sebenarnya tak ada komunitas
tanpa kebudayaan, tidak ada masyarakat tanpa pembagian kerja, tanpa proses
pengalihan atau transmisi minimum dari informasi. Dengan kata lain, tidak ada
komunitas, tidak ada masyarakat, dan tidak ada kebudayaan tanpa komunikasi.
Disinilah pentingnya kita memahami hubungan antara komunikasi dan budaya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian model-model komunikasi?
2.
Apa saja
model-model komunikasi?
3.
Bagaimana
komunikasi kontekstual berbasis budaya?
C.
Tujuan
1.
Mahasiswa
dapat mengetahui apakah pengertian model-model komunikasi itu.
2.
Mahasiswa
dapat mengetahui apa sajakah model-model
komunikasi itu.
3.
Mahasiswa dapat mengetahui Bagaimana komunikasi
kontekstual berbasis budaya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian model-model komunikasi
Untuk lebih memahami
fenomena komunikasi, kita akan menggunakan model-model komunikasi. Model adalah
representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan
unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Model jelas bukan fenomena itu sendiri,
akan tetapi, peminat komunikasi, termasuk mahasiswa, sering mencampuradukkan
model komunikasi dengan fenomena komunikasi. Sebagai alat untuk menjelaskan
fenomena komunikasi, model mempermudah penjelasan tersebut. Hanya saja model
tersebut sekaligus mereduksi fenomena komunikasi. Artinya, ada nuansa
komunikasi laiinya yang mungkin terabaikan dan tidak terjelaskan oleh model
tersebut.[1]
Menurut sereno dan
mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang
dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu model merepresentasikan secara
abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu
dalam dunia nyata.
Seperti model pesawat
terbang, model komunikasi kurang lebih adalah suatu replika, kebanyakan sebagai
model diagaramatik dari dunia nyata. Oleh karena komunikasi bersifat dinamis,
sebenaranya komunikasi sulit dimodelkan. Akan tetapi, seperti disarankan
penggunaan model berguna untuk mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi dan
bagaimana unsur-unsur berhubungan. Sejauh ini terdapat ratusan model komunikasi
yang telah dibuat para pakar. Kekhasan suatu model komunikasi juga dipengaruhi
oleh latar belakang keilmuan (pedmbuat) model tersebut, paradigma yang
digunakan, kondisi teknologis, dan semanagat zaman yang melingkunginya. Kita
akan membahas sebagian kecil saja dari sekian banyak model komunikasi tersebut,
khususnya model-model yang sangat populer.[2]
B. Model-Model
Komunikasi
Model- Model
Komunikasi dibuat untuk membantu dalam memberi pengertian tentang komunikasi dan juga untuk
menspesifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan antar manusia.
Ada beberapa model komunikasi yang perlu diketahui
dalam memenuhi komunikasi
antar manusia, yaitu:[3]
Ø Model S – R Model stimulus – respons (S-R)
adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, Model ini menunjukkan
bahwa komunikasi itu sebagai suatu proses “aksi-reaksi” yang sangat sederhana. . Jadi model ini mengasumsikan
bahwa kata-kata verbal, isyarat nonverbal, gambar dan tindakan tertentu akan
merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Pertukaran
informasi ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek dan setiap efek
dapat mengubah tindakan komunikasi. Sebagai contoh, ketika seseorang yang anda kagumi
atau menarik perhatian anda tersenyum kepada anda ketika berpapasan di jalan,
boleh jadi anda akan membalas senyumannya, karena anda merasa senang, pada
gilirannya, merasa mendapatkan sambutan, orang tadi bertanya kepada anda “mau
kemana?” lalu anda menjawab, “mau kuliah” ia pun melambaikaqn tangan ketika
berpisah, dan anda membalas dengan lambaian tangan pula. Model S – R
mewngabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan dengan
faktor manusia. Secara implisit ada asumsi dalam model S – R ini bahwa prilaku
(respons) manusia dapat diramalkan.
Ø Model
Aristoteles Model ini adalah model komunikasi yang paling klasik, yang sering
juga disebut model retoris. Model ini sering disebut sebagai seni berpidato.
Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh siapa anda (etos-kepercayaan
anda), argumen anda (logos-logika dalam emosi khalayak). Dengan kata lain
faktor-faktor yang memainkan peran dalam menentukan efek persuatif suatu pidato
meliputi isi pidato, susunannya, dan cara penyampaiannya. Aristoteles juga
menyadari peran khalayak pendengar. Persuasi berlangsung melalui khalayak
ketika mereka diarahkan oleh pidato itu ke dalam suatu keadaan emosi. Salah
satu kelemahan model ini adalah bahwa
komunikasi dianggap sebagi fenomena yang statis. Disamping itu model ini juga
berfokus komunikan yang bertujuan (disengaja) yang terjadi ketika seseorang
berusaha membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya.
Ø Model Lasswell, Model ini berupa ungkapan
verbal, yaitu : Who Says What In Which Channel To Whom With What effect.
Model ini dikemukakan Harold Laswell tahun 1948 yang menggambarkan
proses komunikasi dan fungsi-fungsi yang diembahkannya dalam masyarakat.
Laswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi yaitu: pertama, pengawasan
lingkungan yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang
dalam lingkungan, kedua, korelasi berbagai bagian terpisah dalam
masyarakat yang merespons lingkungan, dan ketiga, transmisi warisan
sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya. Model Laswell sering
diterapakan dalam komunikasi massa. Model tersebut mengisyaratkan bahwa lebih
dari satu saluran dapat membawa pesan. Model Laswel dikritik karena model itu
tampaknya mengisyaratkan kehadiran komunikator dan pesan yang bertujuan. Model
ini juga dianggap terlalu menyederhanakan masalah. Tetapi seperti setiap model
yang baik, model Laswell memfokuskan perhatian pada aspek-aspek penting
komunikasi.
Ø Model Shannon dan Weaver Salah satu model
awal komunikasi dikemukakan Claude Shannon dan Warren Weaver pada 1949 dalam
buku the mathematical theory of Communication. Model yang sering disebut
model matematis atau model teori informasi itu mungkin adalah model yang
pengaruhnya paling kuat atas model dan teori komunikasi lainnya. Model Shannon dan Weaver dapat diterapkan
kepada konteks-konteks komunikasi lainnya seperti komunikasi antar pribadi,
komunikasi publik atau komunikasi massa. Sayangnya, model ini juga memberikan
gambaran yang persial mengenai proses komunikasi.
Ø Model Schramm, Wilbur Schramm membuat
serangkai model komunikasi, di mulai dengan model komunikasi manusia yang
sederhana (1945), lalu model yang lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman
dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang
dianggap interaksi dua individu, yang mana model tersebut di sebut umpan balik (feed
back), yang memainkan peran sangat penting dalam komunikasi, karena hal itu
memberi tahu kita bagaimana pesan kita ditafsirkan baik dalam bentuk kata-kata
sebagai jawaban, anggukan kepala, gelengan kepala, kening berkerut, menguap,
wajah yang melengos, dan sebagainya. Ataupun tepuk tangan khalayak yang
mendengar ceramah. Namun menurut Schramm, umpan balik juga dapat berasal dari
pesan kita sendiri, misalnya kesalahan ucapan atau kesalahan tulisan yang
kemudian kita perbaiki.
Ø Model Newcomb Komunikasi adalah suatu cara yang
lazim dan efektif yang memungkinkan orang orang mengorientasikan diri terhadap
lingkungan mereka. Ini adalah model tindakan komunikatif dua orang yang
disengaja. Model ini mengisyaratkan bahwa setiap sistem ditandai oleh suatu
keseimbangan atau simetri,karena ketidakkeseimbangan atau kekurangan simetri
secara psikologis tidak menyenangkan dan menimbulkan tekanan internal untuk
memulihkan keseimbangan.
Ø Model GerbnerModel Verbal : Seseorang
mempersepsi kejadian dan bereaksi dalam situasi itu melalui berbagai pemaknaan
untuk mebuat bahan-bahan yang dibutuhkan di dalam beberapa bentuk dan konteks
dalam suatu isi dengan konsekuensi yang ada.Model Diagramatik : Seseorang
mempersepsi kejadian dan mengirim beberapa pesan untuk pemancar yang akan mengirim
sinyal kepada penerima. Pada transmisi ini, sinyal akan
menghadapi gangguan dan menjadi SSSE untuk si tujuan. Model BerloModel ini
dikenal dgn model SMCR, kepanjangan dari Source (Sumber), Message (pesan),
Channel (Saluran), Reciever (penerima).Menurut model Berlo, sumber dan penerima
pesan dipengaruhi oleh faktor : Keterampilan komunikasi,, Sikap, Pengetahuan,
Sistem sosial, Budaya.Salah satu kelebihan model ini adalah model ini tidak
terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi massa, namun juga komunikasi
antarpribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model ini bersifat
heuristik (merangsang penelitian) karena merinci unsur-unsur yang penting dalam proses komunikasi
dan lebih bersifat organisasional dari pada mendeskripsikan proses karena tidak menjelaskan umpan balik.
Ø Model Westley dan MacleanMenurut pakar ini,
perbedaan dalam umpan balik inilah yang membedakan komunikasi antarpribadi
dengan komunikasi massa. Umpan balik dari penerima bersifat segera dalam
komunikasi antarpribadi, dalam komunikasi massa bersifat minimal atau tertunda.
Sumber dalam komunikasi antar pribadi dapat langsung memanfaatkan umpan balik
dari penerima sedangkan dalam komunikasi massa sumber misalnya penceramah
agama, calon presiden yang berdebat dalam rangka kampanye politik. Konsep
pentingnya adalah Umpan balik, Perbedaan dan kemiripan komunikasi antarpribadi
dengan komunikasi massa. Pesan ini juga membedakan pesan yang bertujuan dan
pesan yang tidak bertujuan.
Ø Model DeFleurSource dan Transmitter adalah dua fase
yang berbeda yang dilakukan seseorang, fungsi receiver dalam model ini adalah
menerima informasi dan menyandi baliknya mengubah peristiwa fisik informasi
menjadi pesan.Menurut DeFleur komunikasi adalah terjadi lewat suatu operasi
perangkat komponen dalam suatu sistem teoretis, yang konsekuensinya adalah
isomorfisme diantara respons internal terhadap seperangkat simbol tertentu pada
pihak pengirim dan penerima.
Ø Model Tubbs Pesan dalam model ini dapat
berupa pesan verbal, juga non verbal, bisa disengaja ataupun tidak disengaja.
Salurannya adalah alat indera, terutama pendengaran, penglihatan dan
perabaan.Gangguan dalam model ini ada 2, gangguan teknis dan gangguan semantik.
Gangguan teknis adalah faktor yang menyebabkan si penerima merasakan suatu perubahan
dalam informasi atau rangsangan yang tiba, misalnya kegaduhan. Ganguan semiatik
adalah pemberian makna yang berbeda atas lambang yang disampaikan pengirim.
Ø Model Gudykunst dan Kim Merupakan model
antar budaya, yakni komunikasi antara budaya yang berlainan, atau komunikasi
dengan orang asing.Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian pesan dan penyandian
balik pesan merupakan suatu proses interaktif yang dipengaruhi oleh
filter-filter konseptual yang dikategprikan menjadi faktor-faktor budaya,
sosial budaya, psikobudaya, dan faktor lingkungan.
Ø Model Interaksional Para peserta komunikasi menurut
model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya
melalui interaksi sosial, tepatnya melalui apa yang disebut pengambilan peran
orang lain.Berbeda dengan model S-R yang lebih bersifat linier, model yang
dikemukakan oleh George Herbert Mead lebih menganggap manusia merupakan makhluk
yang lebih aktif reflektif, kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang
lebih rumit, dan sulit diramalkan. Bukan hanya sekedar makhluk pasif yang
melakukan sesutu berdasarkan stimulus dari luar tubuhnya.
C. Komunikasi
kontekstual berbasis budaya
Budaya satu
berbeda dengan budaya lain dalam hal penerimaan terhadap orang asing. Ada
budaya yang kurang terbuka terhadap kehadiran orang asing, lebih terbuka, dan
ada budaya yang bersahabat dan kooperatif dengan orang asing. Perbedaan ini
mempengaruhi tingkat kepercayaan dan terbuka tidaknya komunikasi dengan budaya
tersebut.
Pemahaman budaya
asing menekankan pada proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara
orang-orang yang berbeda budayanya. Dengan memahami perbedaan-perbedaan ini
akan menjamin keberhasilan dalam melakukan komunikasi antarbudaya dalam suatu
perusahaan.
Para komunikator akan lebih efektif jika
mereka dapat mengidentifikasi perbedaan, kemudian mampu menerima pesan dengan
persepsi penerima seperti yang diinginkan pengirim. Kursus formal mengenai
komunikasi antarbudaya ini nampaknya belum ada, namun orang-orang yang akan
terlibat dalam komunikasi antarbudaya perlu memahami budaya asing tersebut,
sehingga komunikasi dapat efektif. Lebih dari itu, apabila budaya tersebut juga
menyangkut perbedaan bahasa maka mereka perlu mempelajari atau menggunakan
bahasa yang dipahami oleh kedua belah pihak.
Budaya masyarakat akan
mempengaruhi bagaimana seseorang mengirim dan menerima pesan. Ketika seseorang
berkomunikasi, mereka cenderung menggunakan asumsi budayanya sendiri, dimana
mengangap orang lain mempunyai budaya, bahasa, dan persepsi seperti dirinya.
Dengan demikian kita memperlakukann orang lain seperti kita ingin diperlakukan.
Namun demikian, apabila yang diajak berkomunikasi tersebut kebetulan orang yang
berbeda budaya dengan sender, makaaudience akan menerima pesan seperti
persepsinya sendiri. Sehingga memperlakukan orang lain seperti kita ingin
diperlakukan tidaklah cukup.
Pemahaman ini memunculkan cara pandang baru dalam
berhubungan dengan audience, sender
perlu memahami budaya audience dan memperlakukan
sebagaimana merka ingin diperlakukan. Untuk itu sender perlu meningkatkan pemahaman budaya asing tersebut dari
beberapa aspek berikut: kontekstual, etikal, sosial, dan non verbal.
Perbedaan kontekstual merupakan
salah satu aspek yang membedakan antara budaya satu dengan budaya lain. Konteks
budaya (cultural context) merupakan pola dari isyarat fisik, stimuli
lingkungan, dan pesan implisit yang
dikirimkan dalam komunikasi diantara anggota budaya tersebut. Dengan demikian
antaran budaya satu akan berbeda dengan budaya lain dalam aspek kontekstual.
Dalam analisis lebih lanjut, perbedaan kontekstual
ini tidak selaluberada pada dua kutub yang saling bertentangan, namun dapat
digambarkan dalam satu garis kontinum. Bagaimana perbedaan kontestual dari beberapa
negara dapat digambarkan sebagai berikut:
Ø Konteks budaya pada
tingkat rendah
Konteks budaya pada tingkat rendah artinya bahwa
pada budaya tersebut lebih menekankan pada komunikasi verbal baik secara lisan
maupun tertulis dan kurang memperhatikan pada pesan non verbal. Dalam
prakteknya apa yang ingin disampaikan dantindakan yang diharapkan dari audience dinyatakan secara eksplisit
dalam kalimat.Orang dengan konteks budaya rendah jikaada yang menyela sementara
ia belum selesai berbicara akan mengatakan ” tunggu sampai saya selesai
berbicara”. Orang-orang dari Jerman, Skandinavia dan Amerika pada umumnya
dengan konteks budaya pada tingkat rendah.
Ø Konteks budaya pada
tingkat tinggi
Konteks budaya pada tingkat tinggi artinya bahwabudaya tersebut
kurang menenkankan pada komunikasi verbal, tetapi lebih menekankan pada
komunikasi non verbal dan situasi yang dibentuk dalam menyampaikan pesan. Sender mengharapkan audience memahami pesan yang disampaikan secara tidak langsung dari
kata-kata yang disampaikan dan bahasa tubuh (gesture) yang menyertainya. Di dalam masyarakatnya sendiri aturan
hidup sehari-hari tidak dinyatakan secara eksplisit dan langsung, tetapi dengan
mempelajari isyarat-isyarat seperti bahasa tubuh, intonasi suara, dan tatapan
mata dan bagaimana memberikan tanggapan yang diharapkan. Negara-negara yang
masyarakatnya termasuk dalam konteks budaya tinggi adalah Jepang, China, Arab.
Ø Konteks budaya pada
tingkat menengah
Konteks budaya pada tingkat sedang artinya bahwa
pada budaya tersebut penyampaian pesan dengan komunikasi verbal maupun non
verbal pada tingkat yang relatif sama. Dalam menyampaikan pesan, inti pesan
dinyatakan secara eksplisit dan sekaligus disertai dengan komunikasinon verbal.
Negara-negara dengan konteks budaya pada tingkat menengah misalnya Italia dan
Spanyol.
BAB I11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi itu
muncul, karena adanya kontak, interaksi dan hubungan antar warga masyarakat
yang berbeda kebudayaannya. Sehingga kebudayaan adalah komunikasi dan
komunikasi adalah kebudayaan, begitulah kata Edward T. Hall. Jadi sebenarnya tak
ada komunitas tanpa kebudayaan. Disinilah pentingnya kita memahami hubungan
antara komunikasi dan budaya.
Model adalah
representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan
unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Model jelas bukan fenomena itu sendiri,
akan tetapi, peminat komunikasi, termasuk mahasiswa, sering mencampuradukkan
model komunikasi dengan fenomena komunikasi. Sebagai alat untuk menjelaskan
fenomena komunikasi, model mempermudah penjelasan tersebut. Hanya saja model
tersebut sekaligus mereduksi fenomena komunikasi. Artinya, ada nuansa
komunikasi laiinya yang mungkin terabaikan dan tidak terjelaskan oleh model
tersebut.
Model- Model
Komunikasi dibuat untuk membantu dalam memberi pengertian tentang komunikasi dan juga untuk
menspesifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan antar manusia.
Ada beberapa model komunikasi yang perlu diketahui
dalam memenuhi komunikasi
antar manusia, yaitu:
Ø Model S – R Model stimulus – respons (S-R)
Ø Model Aristoteles
Ø Model Lasswell
Ø Model Shannon dan Weaver
Ø Model Schramm
Ø Model Newcomb
Ø Model GerbnerModel
Ø Model DeFleurSource dan Transmitter
Ø Model Tubbs
Ø Model Gudykunst dan Kim
Ø Model Interaksional
Perbedaan kontekstual merupakan salah satu aspek
yang membedakan antara budaya satu dengan budaya lain. Konteks budaya (cultural
context) merupakan pola dari isyarat fisik, stimuli lingkungan, dan pesan implisit yang dikirimkan dalam
komunikasi diantara anggota budaya tersebut. Dengan demikian antaran budaya
satu akan berbeda dengan budaya lain dalam aspek kontekstual.
Dalam analisis lebih lanjut, perbedaan kontekstual
ini tidak selaluberada pada dua kutub yang saling bertentangan, namun dapat
digambarkan dalam satu garis kontinum. Bagaimana perbedaan kontestual dari
beberapa negara dapat digambarkan sebagai berikut:
Ø Konteks budaya pada
tingkat rendah
Ø Konteks budaya pada
tingkat tinggi
Ø Konteks budaya pada
tingkat menengah
B. Kritik dan Saran
Mahasiswa
perlu mengetahui pengertian dan model-model komunikasi beserta komunikasi
kontekstual berbasis budaya. Dan dalam makalah diatas pemakalah mengharap
terutama kepada Bapak Dosen Pengampuh beserta Teman-Teman Mahasiswa semuanya
untuk memberi kritik dan saran karena makalah ini banyak kekurangan dan dengan
adanya kritik dan saran tersebut kami bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafidz, 2005, pengantar Ilmu
Komunikasi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Liliweri. Alo. Dasar-Dasar Komunikasi Antar
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offest. 2003.
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu komunikasi:
suatu pengantar. Bandung: Rosda.
http://www..2.eou.edu/-recroft/MM350/Com
Models/)http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/03/model-komunikasi-menurut-para-ahli.html